Halo, teman-teman!
Kalian lagi kepikiran buat ambil KPR (Kredit Pemilikan Rumah) tapi bingung soal suku bunganya? Nah, kalian datang ke tempat yang tepat! Di artikel ini, kita bakal ngobrol santai tentang dua jenis suku bunga KPR yang sering dipakai, yaitu floating rate dan fixed rate.
Yuk, simak ulasannya sampai habis, biar nggak salah pilih dan akhirnya pusing sendiri karena cicilan.
Apa Itu Floating Rate KPR?
Floating rate, atau sering disebut juga bunga berjalan, adalah jenis suku bunga yang nggak tetap alias fluktuatif. Jadi, cicilan KPR kalian bisa berubah-ubah tiap bulan, bisa naik atau turun tergantung dari nilai acuan suku bunga pasar. Acuan ini biasanya dari Bank Indonesia (BI) atau kebijakan bank itu sendiri.
Misalnya nih, di dua tahun pertama bunga KPR kalian 10% atau sekitar Rp10 juta per bulan. Tapi karena suku bunga BI naik, persentasenya jadi 13%. Otomatis, cicilan kalian naik jadi Rp13 juta per bulan di tahun ketiga.
Kelebihan dan Kekurangan Floating Rate KPR
Kelebihan dari floating rate adalah saat suku bunga BI turun, cicilan rumah kalian juga ikut turun. Asik kan? Sisa bujet bisa dipakai buat kebutuhan lain atau lebih bagus lagi kalau diinvestasikan.
Tapi, jangan lupa, kalau suku bunga naik, cicilan rumah juga ikut naik. Ini sering bikin banyak nasabah gagal bayar KPR-nya. Makanya, floating rate lebih cocok buat kalian yang berani ambil risiko. Pastikan kalian punya dana cadangan ya, buat jaga-jaga kalau cicilan naik tiba-tiba.
Perbedaan Floating Rate dan Fixed Rate KPR
Selain floating rate, ada juga fixed rate atau suku bunga tetap. Bedanya, suku bunga fixed nggak berubah selama masa KPR. Jadi, cicilan kalian tetap sama tiap bulan sampai KPR selesai. Fixed rate ini cocok banget buat kalian yang penghasilannya tetap dan nggak mau ambil risiko besar.
Kesimpulan
Nah, itu dia ulasan singkat tentang floating rate KPR dan bedanya dengan fixed rate. Semoga kalian jadi lebih paham dan bisa milih jenis bunga yang sesuai kebutuhan.
Semoga bermanfaat, dan selamat mencari rumah impian kalian!
コメント